There is hardly any distinctive line between intimate relationships these days. When Bauman (1995) coined the term ‘liquid love’, ‘liquid intimacy’ and in line a ‘liquid world’ it merely spoke from a reality, a definite apparent phenomenon we easily witness on how people interact with each other. Not to mention the factual zillion new terms we find to define this new born relationships (sex buddy, friends with benefit, open relationship, and so on).
0 Comments
Ada diversiftas praktek relasi keintiman di tengah masyarakat. Berbagai praktek relasi keintiman yang dipandang ‘normal’ oleh masyarakat karena sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dominan, maupun berbagai praktek relasi yang tampak ‘anomali’ karena tidak sejajar dengan nilai-nilai dominan di tengah masyarakat. Dalam kaitannya dengan interkoneksi psikis manusia dan kehidupan sosial, Deleuze dan Guattari (1977) menawarkan dua alternatif manifestasi perilaku di tengah masyarakat: yang berinti pada oedipal/aboresence dan perilaku yang berinti revolutionary/rhizomic. Secara prinsipil kedua bentuk ini berbasis pada struktur hirarkis pemahaman atas identitas, makna dan kebenaran yang dianggap ada dan tidak ada.
Tatanan nilai partriakal dapat dikatakan berlaku general di Indonesia. Atmosfir keislaman yang kuat di tanah Indonesia secara umum juga telah mendorong sistem tatanan patriaki dan menempatkan posisi yang lemah bagi perempuan dan seksualitas lainnya. Dari masalah kekerasan dalam rumah tangga, masalah Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang sering menjadi korban kekerasan, hingga isu RUU Anti Pornografi-Pornoaksi (RUU APP) yang konon mendiskreditkan kaum perempuan, semuanya cukup melukiskan gambaran hegemoni kaum laki-laki.
Persoalan cinta dalam ilmu sosial mendapatkan ruang dalam ranah telaah relasi antar individu. Khususnya terkait perkembangan teoritik sosial terhadap tubuh individu sebagai tubuh yang sosial. Merebaknya perhatian atas individu dalam ilmu sosial sedikit banyak didorong oleh ketidakpuasan dominasi utilitarian sebagai dasar masyarakat. Pendekatan pada individu baru menjadi populer dan diakui oleh ilmu sosial di tahun 1980an (lihat Ritzer & Smart, 2001: 876). Meski demikian, berbagai pemikiran sosial yang telah mengungkapkan telaah individu sebagai agen sosial sebelumnya, menjadi cikal-bakal yang terus dikembangkan.
![]() The simulacrum is never what hides the truth. it is truth that hides the fact that there is none. The simulacrum is true. — Ecclesiastes Seberapa sering Anda mempertanyakan tentang rasa cinta? Seberapa sering anda bergulat dalam upaya untuk memahami pasangan Anda memiliki rasa yang serupa dengan Anda? Semacam konfirmasi, memastikan bahwa anda tidak masuk dalam illusi dan delusi sendiri ditengah sebuah relasi. |
Note to rememberon this blogLearning is inevitable .. and as it is a process, what is knowledge if not shared? where would knowledge be without human dialectics Archives
January 2017
Categories
All
Discussions |