![]() Pada sebuah pagi yang cerah di Africa Timur, anak-anak SD itu mendengarkan kisah tentang keindahan hutan tropis dan rumah para orangutan. Eksotisme jantung Borneo yang demikian signifikan sebagai keseimbangan ecosystem dunia begitu memukau. Seolah keberadaannya bak mitos dalam benak kita semua. Sejak hari itu, Tanjung Puting menjadi mimpi. Dan... setelah lebih dari 20 tahun.. mimpi itu terwujud! ![]() WOW. aku tidak punya kata untuk mendeskripsikan rasanya. Selain, bahagia. Setiap langkah dan hembusan nafas saat itu berasa dipenuhi keajaiban. Ini langka cuii... mimpi kok kejadian.. tapi Yes. Dreams do come true! Dan yang menarik tentang menjalani mimpi yang sudah demikian lama disimpan... apapun kondisinya, semua terasa Sempurna. Pagi itu, tubuhku rasanya remuk. Aku tidak dapat tidur semalam. Dan rasionalitas mengatakan aku akan segera tumbang dihajar angin speed boat sepanjang dua jam. Ada ngantuk yang menjalar pada tiap sendi tubuhku. Namun, ia lenyap begitu saja saat kami mulai menyebrangi lautan. Aku dipenuhi dengan keterpesonaan. Seolah ada aliran kehidupan yang mendadak mengisi penuh kegembiraan. Kami mulai masuk ke dalam area taman nasional. Ada hangat yang menjalar, terlepas hujan yang mengguyur perjalanan. Aku menanti penuh antisipasi semua cerita dan kisah yang pernah kudengar suatu ketika. Ada rasa kembali ‘pulang’, entah karena kisah-kisah yang melekat atau karena tumbuh besar di lingkungan taman nasional. Namun senantiasa ada bahagia bersinggungan dengan persoalan perlindungan habitat asli lingkungan dan makhluk hidup. Mengingat masa-masa berdiam di savana menanti perburuan antelop oleh singa-singa Afrika. Disini tentu berbeda. Bukan lapangan luas yang kering, namun sungai dan pepohonan yang lebat. Warna sungainya mengagumkan, ia hitam dan memantulkan refleksi dengan sempurna. Warna yang gelap itu terjadi karena akar-akar disekelilingnya. Ia begitu tenang dan legam, hingga rasanya ingin nyebur saja untuk berenang. Namun.. itu dilarang. Setidaknya setelah ada orang mati karena dimakan buaya. Tanjung puting merupakan area penelitian dan konservasi orangutan yang telah diinisiasi oleh Dr Galdikas, sejak 1971. Hingga kini, tanjung puting bukan sebuah tempat wisata melainkan tempat studi kehidupan flora dan fauna. Hamparan laboratorium biologis ini dipenuhi oleh pepohonan tinggi, jejaring mangrove, dan para binatang hutan tropis, telah lama dikenal sebagai “the eden garden” di seluruh manca negara. Memasukinya, kami perlu memahami dan menghargai kehidupan para satwa, cukup tahu untuk tidak mengganggu mereka maupun lingkungannya. Hingga saat ini sudah ditemukan macan tutul, beruang, babi hutan, ular, buaya, berbagai jenis monyet, burung, dan tentu orangutan, yang mencapai 6000 ekor dalam populasi pada tahun 2014. Kami menuju ke Camp Leakey, lokasi utama konservasi dan penelitian. Disini orangutan banyak yang menjalani rehabilitasi (baik karena kebakaran hutan, penyakit, penyekapan, dan prostitusi – ada lho, orangutan yang disekap untuk melayani hasrat para lelaki). Mereka disembuhkan untuk kembali dilepaskan ke alam habitatnya. Bagi orangutan yang telah bersentuhan dengan rehabilitasi, mereka tidak takut dengan manusia. Tidak akan lari, dan tidak akan merasa terganggu dengan kehadiran kita. Tepat di tempat kami menyandarkan kapal, seekor orangutan telah menanti kita, berjemur disana. Jantungku langsung berdetak lebih cepat. Namanya ‘Siswi’. Semua orangutan disana memiliki nama, dan wajah dan kelakuan mereka pun berbeda satu sama lain. Siswi merupakan ratunya. Ia juga terkenal nakal dan iseng. Kita tidak mau bermain-main dengan orangutan, kekuatan mereka bisa meremukan tubuh kita. Kami berjalan melewatinya berlahan, berharap tidak akan mengganggunya. Takut tiba-tiba dibanting!. Melewati jalan kayu di tengah mangrove untuk masuk ke area camp leakey. Menemukan pusat studi dan berbagai informasi mengenai orangutan. Sepanjang perjalanan kita bisa menemukan berbagai bekas sarang diatas pepohonan tempat orangutan tidur. Mereka tidak akan tidur di sarang yang sama, sehingga mereka akan membuat sarang setiap harinya di tempat yang berbeda. Atau setidaknya dengan daunan yang baru. Orangutan merupakan binatang teretorial yang individualis. Mereka tidak hidup berkelompok. Setiap teretori akan ada satu raja. Dan di area yang kita kunjungi, Tom merupakan rajanya. Dia sangat langka untuk dapat ditemukan dalam sekali kunjungan. Namun.. hari itu bak mimpi yang memang sedang dijalani, kami beruntung dapat hadir menyaksikan nuansa ke’ngeri’an dihadapannya. Berjalan masuk ke area utama, kami dapat menyaksikan keindahan beragam pepohonan. Tentu ia merupakan hutan yang masih dalam penyembuhan. Tepat di pusat utama ‘feeding zone’ untuk para orangutan yang menjalani rehabilitasi ini. Kami dapat menemukan orangutan bergelantungan pucuk pohon dalam kejauhan. Excited. Aku terpukau. Mendekati waktu makan, orangutan mulai berdatangan dari segala arah. Bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya sembari membawa anak di perut atau punggung mereka. Babi-babi hutan pun berlarian disekitar situ. Oh ya... dan pulau ini dipenuhi dengan kupu-kupu! Dan tentu nyamuk dan semut. Kakiku sudah memar dan perih karena salah melangkah ke sarang semut. Kami menanti disana. Tiba-tiba, sesosok tubuh yang kekar, besar, berbulu berjalan kearah kita. “Make way, make way” peringatan disampaikan dengan hati-hati. Dadaku dipenuhi arus rasa takut dan gembira. Pejantan, Raja teretori itu hadir di hadapanku. Tubuhnya dua kali manusia, berbulu kekar dan besar berjalan dengan arogansi tanpa mempedulikan siapapun disekitarnya. Ketakutan tentu, gila gede banget, belum lagi taring-taringnya. Tatapannya tajam membuat bergidik. Kami semua bergeser memberi ruang, menjaga jarak. Dia duduk dengan gagahnya, hampi seolah dia sudah terlatih untuk berpose pada puluhan lensa camera yang membidiknya. Tanpa kita sangka, Tom sedang birahi. Betapa memukau sekaligus ngeri, melihat “animal instict” berlangsung depan mata. Ia dengan gesit memanjat ke pucuk pepohonan, meraung, dan mencari betina. Dalam attraksi kebutuhan alam ini, dengan satu kaki ia mematahkan pohon setinggi 15 meter. Dalam panik dan ketakutan kami tentu berlari menyelamatkan diri dari tumbangnya pohon itu. Ia melompat ke bawah dengan mencengkram betina yang sedang membawa anak digendongannya. Ditengah runtuhan pohon diantara semak, suara Tom bergelegar disekitar kita. Mak... ala dicengkram nuansa horor. Tuntas sudah, dan betina yang hanya 3 kali lebih kecil dari tubuh Tom, berjalan sempoyongan. Di tengah feeding zone, raja menguasai lokasi. Kami dikelilingi oleh puluhan orangutan yang menanti giliran dan ijin dari rajanya dari atas pohon-pohon. Ditemani babi-babi hutan yang menanti sisa kulit buah-buahan dan puluhan lagi kupu-kupu yang berterbangan. Sungguh memukau dan indah. Tanpa terasa waktu telah bergeser lebih cepat. Dalam langkah menuju ke kapal. Ada rasa tenang yang menyelimuti tiba-tiba, betapa nyata dapat hidup dengan harmoni dengan fauna. Tak dapat dielakan signifikansi area ini bagi dunia. Seluruh kisah masa kecil itu telah tersaksikan dengan mata sendiri. Hanya satu kata untuk merangkumnya – bahagia. Yeah... aku beruntung bisa meniliknya. Bahkan menyombong pada teman-teman SD yang bertebaran di berbagai wilayah dunia, aku sudah sampai disana. Ya.. setidaknya tidak omong kosong lah.. kalau aku orang Indonesia. Aku pasti akan kembali lagi.. Pangkalanbun.terimakasihuntukmimpiyangterwujud.7042016 #orangutan #kalteng #tanjungputing #saveorangutan #heartofborneo #borneo #kalimantan
0 Comments
Leave a Reply. |
on this blogTravel is more than a journey. Its understanding life. Seriously.. that isnt an overstatement. These are some notes I came to write. ArchivesCategories
All
Find more place reviews here.. |